Selasa, 28 Juli 2009

Ulat Sutra, Si Lucu yang Banyak Memberi Manfaat

"Telur-telur ulat-ulat..

kepompong kupu-kupu..
kasihan deh lu.."
.
SOBAT percil hafal lagu pendek di atas? Tahukah sobat percil jika lagu tersebut adalah sebuah rangkaian metamorfosis (proses perubahan bentuk) dari ulat menjadi kupu-kupu? Tetapi nyanyian tadi biasanya digunakankan untuk mengejek teman kan? Nah, daripada mengejek teman, lebih baik ikut berpetualang ke tempat ulat sutra yuk, seperti yang dilakukan oleh teman-teman kita dari klub Planet Sains



Hari Minggu lalu (29/6), 56 orang teman kita mengikuti petualangan seru mengenal ulat sutra di wisata alam Padepokan Dayang Sumbi, Jalan Arcamanik, Desa Pamoyanan Kec. Cimenyan Kab. Bandung. Ternyata, ulat sutra itu banyak manfaatnya bagi manusia. Mulai dari kokon (kepompong) sampai kotorannya pun ada gunanya.

Sobat percil tahu kan kain sutra? Kalau tidak, coba tanya bunda, pasti mereka mengenal jenis kain sutra. Kain yang halus dan lembut itu dihasilkan oleh "muntahan" ulat sutra selama dua hari satu malam. Muntahan ini kemudian akan membungkus badan ulat menjadi sebuah kokon atau kepompong. Kokon ini amat berjasa bagi para perajin sutra. Dari kokon inilah benang sutra dipintal lalu ditenun menjadi kain.

Banyak orang yang tidak mau dekat-dekat dengan hewan kecil ini. Contohnya Viara, salah seorang peserta wisata alam. Padahal Viara badannya lebih besar dari ulat dan juga sudah duduk di kelas 2 SMP namun tetap saja jijik dengan ulat. "Habisnya geli dan takut aja kalo mau dekat-dekat," ujarnya sedikit ketakutan.

Hmm, sobat Percil, ulat sutra itu tidak berbahaya lho! Badannya saja tidak memiliki rambut-rambut halus (bulu) yang biasanya membuat gatal seperti ulat lainnya. Terlebih nama latin ulat ini terdengar lucu, Bombyx mori. Itu sesuai dengan bentuk badannya yang gemuk, lebih menarik lagi jika si ulat sedang menggeliat-geliatseperti yang ingin dimanja. Bahkan menurut pemilik padepokan, Pak Dedi, ada juga orang yang sengaja mencari ulat ini untuk dipelihara.

Ulat sutra yang dikembangbiakkan di padepokan ini berasal dari ras Jepang. "Cirinya adalah, ada dua tato khas di bagian anterior (kepala)," kata Pak Dedi. Satu kokon ulat sutra ras Jepang dapat menghasilkan benang sutra sepanjang 1.600 meter. Selain itu, ulat ini memiliki kamuflase pertahanan diri berupa sepasang organ yang mirip mata dan sebuah antena runcing di bagian ekornya. Mata dan mulut ulat yang sebenarnya berbentuk sangat kecil hingga tak bisa langsung terlihat. Antena runcing itu hanya tipuan sebab bertekstur lembut sehingga tidak membahayakan. Kedua alat pertahanan itu digunakan ulat untuk bertahan dari serangan mangsa.

Seorang peserta dari Jakarta, Abi berkata, "Sebelumnya aku takut sama ulat. Enggak berani nyentuh, tapi setelah liat ulat sutra, aku sekarang berani megang." Saking senangnya sudah tak takut lagi dengan ulat, Abi bahkan sampai mencium-cium badan ulat. Wah, Abi berlebihan ya? Sobat percil lainnya tidak usah mengikuti seperti Abi, karena ulat sutra kan tidak pernah mandi jadi pasti banyak kumannya.

Setiap kali membiakkan, Pak Dedi menaruh 25.000 butir telur ulat di dalam sebuah ruangan khusus. Telur ulat sutra kecil sekali, berukuran sekitar 0,4 cm. Setelah 10-12 hari, telur-telur itu akan menetas menjadi ulat kecil. Badan ulat ini akan semakin besar dalam lima tahap sebelum kulitnya berubah transparan untuk membuat kokon.

Kelima tahapan ini digunakan ulat sutra untuk makan sebanyak-banyaknya. Ternyata ulat sutra makannya banyak lho! dalam satu hari, Pak Dedi membutuhkan 18 karung daun murbei untuk memberi makan ulat-ulat sutranya. Ulat sutra ini juga hanya mau makan daun murbei, makanan lainnya dia tidak mau. Meski makannya banyak, ketika membuat kokon ulat sutra sama sekali tidak makan alias berpuasa. Kokon itu berisi ulat yang sedang berubah menjadi pupa, 11 hari kemudian pupa menjadi kupu-kupu.

Nah, jika ingin memintal benang sutra, kokon jangan sampai dibiarkan hingga keluar kupu-kupu dari dalamnya. Kokon yang sudah keluar kupu-kupu tidak akan bagus lagi untuk dibuat benang. "Karena akan membuat benangnya terputus-putus," kata Pak Dedi.

Kokon yang sudah dipilih lalu direbus 5-10 menit untuk melunturkan zat perekat kokon. Setelah itu, ambil ujung benang yg melilit kokon lalu taruh di sebuah mesin pemintal. Setelah dipintal, benang digulung sambil dikeringkan, kemudian dikemas untuk dijual.

Jika tidak untuk dijual, benang lalu ditaruh di alat tenun untuk membuat kain sutra. Prosesnya memang rumit sobat Percil, tapi tidak sia-sia karena kain sutra bisa berharga sangat mahal.

Nah, selain benang sutra, manfaat yang diberikan ulat ini adalah pupanya dibuat hiasan, biasanya dicampur dengan resin. Lalu, selaput kokonnya dibuat kertas sutra sedangkan kotorannya oleh orang-orang sekitar biasa digunakan sebagai obat jerawat.

Selain melihat proses pembuatan kain sutra, teman-teman kita dari Planet Sains juga melakukan kegiatan outbound lainnya, seperti menangkap serangga dengan menggunakan insect net, bermain dengan kelinci, membuat prakarya dari kokon, lomba menangkap ikan, eksperimen sains sederhana, dan membuat resin atau awetan serangga.

"Aku senang sekali bisa ikutan ke sini. Seru! Waktu nangkep serangga sih susah, tapi aku dibantu Kak Fitria jadi akhirnya aku dapet serangga deh," kata Zahra (10) yang berasal dari SD Global Jakarta kelas 4. Ternyata, peserta petualangan seru kali itu juga diikuti oleh banyak peserta dari luar Bandung. "Kebanyakan sih dari Jakarta, tapi ada juga yang dari Balikpapan bahkan Riau," ujar Kak Fitria, pembimbing petualangan dari Planet Sains.

Itu tadi cerita Zahra yang baru pertama kali ikut acara Planet Sains. Lain lagi dengan Fero (7). Fero masih didampingi orang tuanya. Menurut Kak Fitria, sebaiknya jika ikut acara seperti ini tidak usah bersama orang tua. Karena kegiatan seperti ini akan menguji kemandirian sobat percil semua. Bahkan peserta termuda, Fikri dan Jasmine, sudah berani sendiri.,

Nah sobat percil, sekarang kan sedang liburan. Jika sobat Percil sudah bosan berlibur ke mal atau main PS2 di rumah, ada baiknya sobat percil mengikuti kegiatan seperti ini. Selain seru, kegiatan ini juga bermanfaat banyak karena menambah pengetahuan tentang ilmu alam.

Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=21363

Baca Selengkapnya »»

Minggu, 26 Juli 2009

Jalan-jalan menikmati Bandung di Cimenyan

Kota Bandung sudah lama terkenal sebagai kota tujuan wisata. Baik itu wisata belanja, wisata alam maupun wisata kuliner. Mau wisata belanja? banyak distro2 atopun FO di pusat kota, wisata alam? pergilah ke Bandung utara (lembang, maribaya, subang) ato ke Bandung selatan (Ciwidey, Pangalengan). Wisata kuliner?? tinggal langkahkan kaki dan tengok kiri kanan, anda pasti disuguhi banyak tempat makan yang menyediakan makanan enak dan terjangkau kalau tidak bisa dibilang murah

Sudah banyak review di luar sana0 tentang tempat2 wisata di Kota Bandung. tinggal ketik mau apa dan dimana, pasti banyak yang ngasih review ;). Nah tulisan ini salah satunya :D. Perkenankan aing memperkenalkan satu potensi baru dunia wisata Bandung yang bernama Cimenyan :D.

Cimenyan adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Bandung. Wilayah Cimenyan berupa perbukitan mulai dari daerah Bojongkoneng hingga perbatasan Cilengkrang. Jadi ada apa di Cimenyan? Karena kontur Cimenyan yang berbukit-bukit, maka potensi wisata yang ditawarkan disini adalah wisata alam.. Dari ketinggian bukit Cimenyan, kita bisa melihat landscape kota Bandung yang tersebar indah bagai permadani di bawah kaki langit1.

Ada beberapa tempat yang bisa dituju dan beberapa cara menuju kesini. Gambar di sebelah kiri satu tempat pertama yang bisa dikunjungi, namanya caringin tilu (caringin tiga). Kenapa disebut caringin tiga? Lihat pohon yang di sebelah kanan? dibelakang saung? itu adalah beringin yang dalam bahasa sunda namanya caringin, nah pohon beringin ini bercabang tiga ato ada tiga di satu tempat, makanya disebut caringin tiga/tilu. Oiyah saung itu di hari sabtu pagi atopun minggu ada yang jualan nasi timbel dan aneka jajanan lainnya.

Sebelum kita melangkah lebih lanjut, ada baiknya kita ulas bagaimana caranya ke daerah Cimenyan ini. Ada beberapa jalan yang bisa ditempuh, aing sendiri tau ada 2 jalan utama. Yang pertama dari bojong koneng (cikutra), setelah menjalani sendiri aing sangat tidak menyarankan untuk lewat jalan sini coz kondisi dan kontur jalan yang sangat tidak bersahabat, apalagi jika anda berkendara menggunakan motor bebek2. Jalur kedua adalah lewat Padasuka, Jalan masuk padasuka lewat Phh Mustofa (suci). Kenapa saya sarankan lewat sini, karena di jalur Padasuka ini ada kantor kecamatan Cimenyan, jadi kondisi jalan udah bagus, nyaman dilalui, minimal sampai dengan caringin tiga. Dari perempatan padasuka - phh mustofa, caringin tilu biasa ditempuh dalam waktu 20 menitan pake mobil maksimal.

Selain caringin tilu, ada satu tempat lagi you must visited di Cimenyan adalah warung daweung, biasa disebut juga warung moko. Daweung itu bahasa sunda yang artinya kurang lebih sama dengan melamun. Kenapa tempat ini disebut warung? karena tempat ini menjajakan makanan dan minuman, walo makanan dan minuman nya biasa saja seperti berbagai macam variasi dari mie instan, atopun hanya sepiring nasi goreng telur :D. Tapi yang terpenting di sini bukan makanan ato minumannya, tapi suasananya. Tapi kalo ingin mencoba makanannya, coba pisang bakar something ama bandreknya, cukup rekomended lah.. harus diingat, jikalau anda memesan minuman panas, jangan kaget kl beberapa saat kemudian minuman itu berubah jadi minuman dingin, hal ini karena suhu di sini yang cukup rendah.. ketinggian tempat ini sejajar dengan parongpong lembang3. Back to suasana, apa sih yang spesial di sini? seperti yang udah aing sebut diatas, ketinggian disini sejajar dengan lembang yang membuat cuaca di sini cukup dingin dan menyegarkan. Selain itu pemandangan Kota Bandung dari atas sini cukup menyejukkan dan menentramkan hati sangat cocok untuk merenung atau bahasa kerennya melamun makanya warung ini dinamain warung daweung ato warung melamun4 :D. Kalo moko, itu karena yang punya warung ini namanya Pak Moko..






Sekarang bagian yang penting, bagaimana cara anda mencapai tempat ini? Sama dengan caringin tilu, anda bisa mengambil jalan padasuka. Apabila anda telah menemukan caringin tilu, teruskan perjalanan anda ke arah atas, atau lebih tepatnya menuju desa cicayur, dari desa cicayur kira2 skitar 5 menit perjalanan anda akan melihat sebuah bukit dengan sebuah bangunan di puncaknya, itulah warung daweung. Ada beberapa tantangan untuk mencapai tempat ini, pertama kondisi jalan masih berupa bebatuan (belom diaspal) sehingga dibutuhkan kondisi kendaraan yang cukup prima. Kedua, kontur jalan yang menanjak curam, lagi2 kondisi kendaraan anda harus prima. Tapi yakin deh begitu sampai di atas, semua jerih payah akan terbayar :D. Oya, menurut berita terakhir yang saya dengar, di daerah caringin tilu telah berdiri 2 kafe baru yang mungkin bisa dicoba oleh pembaca sekalian.

Cukup panjang juga tulisan kali ini, yah mudah2an saja tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

——
Keterangan angka
0 = di majalah, di koran, di tv, radio atopun web2 lain selain blog aing ini deh pastinya
1 = melebay
2 = tentu saja ini pengalaman pribadi
3 = bgitu menoleh kanan, terlihat lah tower2 pemancar relay tv yang terletak di parongpong
4 = Kalo ga salah sih gitu

Sumber : http://kumaha-aing.com/?p=141



Baca Selengkapnya »»

Cimenyan Ingin Jadi Sentra Bunga Camat, "Kebiasaan Petani Menanam Palawija Perlu Diubah"

Para petani di Kec. Cimenyan, Kab. Bandung, diharapkan mulai membudidayakan berbagai jenis bunga dan tanaman hias sehingga kecamatan tersebut bisa berkembang menjadi sentra tanaman hias.
Setelah Cihideung-Lembang, menjadi bagian wilayah Bandung Barat, otomatis Kabupaten Bandung tak lagi memiliki sentra tanaman hias, kata Camat Cimenyan, Achmad Kosasih, saat di ruang kerjanya, Senin (20/4).

Menurut dia, Kec. Cimenyan sebenarnya memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata. Sekarang ini, di sini sudah ada Saung Mang Udjo, yang telah terkenal ke mancanegara, ujar Achmad Kosasih.

Selain melihat atraksi angklung di Saung Mang Udjo, di daerah tersebut juga ada galeri pelukis Jeihan. Bahkan setiap hari Sabtu dan Minggu, ribuan pengunjung mendatangi daerah Caringin Tilu untuk menyaksikan keindahan Kota Bandung dari ketinggian.

Berdasarkan penghitungan yang dilakukan, rata-rata ada sekitar tiga ribu kendaraan roda dua maupun empat yang mendatangi Caringin Tilu pada malam minggu. Sementara itu, yang mendatangi kawasan Ciburial, masih di wilayah Kec. Cimenyan, sekitar 2.500 kendaraan.

Kehadiran mereka bisa mendukung pengembangan wilayah Cimenyan sebagai daerah wisata yang lebih beragam. Termasuk pengembangan sentra tanaman hias seperti Cihideung. Namun, dia mengakui, ada sejumlah kendala yang dihadapi untuk mewujudkan sentra tanaman hias. Salah satunya, perlu mengubah kebiasaan petani yang selama ini menanam palawija.

Selain itu, katanya, upaya pelebaran jalan mengalami kendala, karena kebanyakan tanah-tanah di Cimenyan telah dimiliki orang-orang kota. Untuk membangun WC umum bagi pengunjung ke Caringin Tilu, lanjut dia, sangat sulit mendapat izin dari pemilik lahan. Padahal ini demi keindahan dan kebersihan, supaya pengunjung ke sana tak buang hajat sembarangan.

Ada beberapa akses jalan menuju Cimenyan, terutama Caringin Tilu. Para pengunjung dapat masuk dari Jln. Dago Pakar dan melalui Jln. Jatihandap. Apabila infrastruktur jalan tersebut dibenahi, tidak akan ada lagi kemacetan arus lalu lintas menuju ke kawasan itu.

Sementara itu, untuk mengembangkan daerah Cimenyan sebagai daerah tujuan wisata, saat ini telah dibentuk BPW (Badan Pengembangan Wisata). Pembentukan badan ini merupakan upaya pemberdayaan masyarakat Cimenyan di sektor wisata. Jangan sampai masyarakat di tempat tujuan wisata cuma jadi penonton atau sekadar menjadi tukang parkir dan mencuci piring.

Untuk itu, masyarakat harus dibekali kemampuan atau keahlian di bidang wisata. Sebagai langkah awal, BPW bekerja sama dengan NHI, akan mendidik tiga puluh warga Ciburial dalam berbagai keterampilan, terutama mengelola kafe, kata Camat. Saat ini, di kawasan Ciburial sudah berdiri sejumlah kafe dan restoran.

Sumber: http://bandungkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1824&Itemid=22

Baca Selengkapnya »»

"Peuyeum Cimenyan Kamashur..."

Lirik lagu lawas, "peuyeum bandung kamashur..." dan "colenak beuleum peuyeum digulaan..." membuktikan bahwa peuyeum (tapai singkong) bandung sudah sejak dulu menjadi ikon makanan khas dari Bandung.
Meski saat ini keberadaannya agak terpinggirkan akibat banyaknya bermunculan makanan lain di Bandung, peuyeum bandung masih menjadi oleh-oleh khas Bandung yang banyak dicari. Salah satu peuyeum yang paling enak berasal dari Kec. Cimenyan, Kab. Bandung.

Tapai singkong Cimenyan sudah menjadi buah bibir bagi warga pendatang, terutama dari luar Jawa Barat. Seorang teman dari Tegal, Jawa Tengah, ketika datang ke Bandung, langsung minta diantar membeli peuyeum buatan perajin dari Cimenyan. Tak tanggung-tanggung, ia membeli sampai tiga puluh kilogram.

Proses membuat peuyeum cukup sederhana. Bahan baku tape berupa singkong dikupas kulitnya. Setelah dicuci bersih, kemudian direbus. Rebusan pertama selama sejam setengah, sedang yang kedua selama satu jam, ujar Dede (26), karyawan pembuat peuyeum milik Rokhmat (48), di RT 01 RW 09 Kampung Kasimukan, Desa Mandala, Kec. Cimenyan. Setelah direbus untuk kedua kalinya, singkong itu kemudian ditiriskan sebelum ditaburi ragi.

Di tempat pengolahan peuyeum itu, ada tiga tungku (hawu) dengan tiga dandang besar untuk merebus singkong. "Setiap hari ada sekitar dua ton singkong yang diolah jadi peuyeum," ungkap Dede.

Menurut dia, dari satu ton singkong menghasilkan enam kuintal peuyeum. Saat ini, harga peuyeum Rp 3.000,00/kg, sedangkan harga singkong sebagai bahan utama pembuat peuyeum rata-rata Rp 450,00/kg.

Peuyeum dari Ciemenyan itu dikirimkan ke sentra-sentra wisata yang ada di Kota Bandung dan Kab. Bandung, serta Bandung Barat. Selain itu, juga dikirim ke luar kota, seperti Garut dan Cianjur.

Dede bersama dua kawannya mengolah singkong menjadi peuyeum di rumah tanpa sekat yang sekaligus menjadi tempat tinggal mereka. "Ya, beginilah sehari-harinya, semua dilakukan di sini," ujar Dede sambil "membedaki" singkong dengan ragi.

Di Kec. Cimenyan, sebagai sentra produksi peuyeum, memang cukup banyak warga yang berprofesi sebagai perajin peuyeum. Selain Rokhmat, perajin lain yang memiliki omzet besar adalah Abah Aceng, warga Babakan Padaluyu, Kec. Cimenyan.

Abah Aceng, selain dianggap paling sepuh untuk urusan pembuatan peuyeum, produksinya juga terbilang paling besar. Setiap hari, ia memproduksi peuyeum tidak kurang dari lima ton.

Sumber : www.pikiran-rakyat.com

Baca Selengkapnya »»